Posts

Asing

kau berbicara dalam kata yang tak dapat kuartikan padahal lidah kita menari harmonis dalam satu nada namun tetap saja kata - kata yang keluar dari mulutmu terdengar samar bagai bahasa asing yang tak pernah kukenal t’lah kucoba menenggelamkan diriku dalam lautan buku dan karya yang ada dengan harapan mengerti maksudmu tapi malah kau utarakan kalimat baru yang kembali aneh di telingaku kau berkata merah dan kuberikan kau mawar, namun kau biarkannya mati dan pergi memetik petunia kau berkata jingga dan kuajak kau melihat matahari yang terbenam, namun kau tinggalkan diriku dan berjalan ke timur lalu kau mengatakan cinta   namun tetap aku sendiri dengan pikiranku pada pukul 3 pagi tak bisa tidur sedang kau terlelap   dan aku pun gagal memahami dirimu katamu cinta, namun mungkin cinta yang kau maksud berbeda dalam kamus kata yang kupunya bylilacrose // A sing

Sementara

adalah aku, sebuah halte tempatmu berhenti sebelum kau lanjutkan perjalananmu adalah aku, secangkir kopi yang kau nikmati sebelum kau jalani hari - harimu adalah aku,  kumpulan bintang yang menemani malammu untuk bermimpi  yang kemudian mengalah pada mentari sebelum kau terbangun dan pada akhirnya adalah aku yang salah telah menjadikanmu rumah sedang kau sendiri telah mempunyai tempat lain untukmu pulang bylilacrose // Sementara

Guilty Pleasure

there are never us in the daylights, the sun has become our nemesis. hide away from the crowds we cannot be seen, though we know the absence of the light won’t cover up our sins. albeit the bruises he made to my heart and my skins, his touch is always the one that i’m craving. long and amusing are the nights spent with him always a little too tempting, a little too alluring, inviting, captivating so tell me did you feel it too, the sparks when your eyes met mine, and our bodies became one. lord knows i never want this to be done. and in the morning when our bodies still sore from the night before, maybe your mind would still wander about her pull me closer and pretend we are lovers. bylilacrose // guilty pleasure

Bertamu

wahai tuan yang tak bernyonya sudah lama rupanya kau ditinggal dirinya yang dulu mengisi hati dan harimu yang tak selalu indah rumahnya kini kosong tak ada yang tinggal kucoba ketuk pintunya yang usang penuh debu mungkin ’tlah lama tuan biarkan terkejutku dibuatnya nyatanya tak terkunci malah terbuka lebar di dalamnya kulihat banyak jejak bekas mereka yang pernah singgah sesaat rupanya tuan sengaja membiarkan, wanita - wanita datang untuk duduk sejenak namun heran tak kulihat, bekas cangkir yang telah ditenggak lalu kususuri seluruh lorongnya di dindingnya masih terlihat samar - samar penuh dengan lukisan seorang perempuan yang tak kukenal menghidupi seisi rumah tuan yang nyatanya tak pernah ia coba untuk menghapusnya kini baru aku tersadar mereka yang datang tak pernah benar - benar disambut tuan walaupun raganya hadir di depan mata hatinya masih terikat oleh bayang - bayang nyonya bylilacrose //  Bertamu

Bangku di Samping Jendela

Lampu - lampu kota pada sore itu sudah mulai dinyalakan dan kerumunan orang masih saja tak berkurang malah makin menjadi seiring tampaknya sang purnama, berjalan dan berlari hanya mereka yang tau, kemudian aku, duduk terdiam dan terpaku mencoba mengungkap aksara yang semakin mengabu. Sejenak kupikirkan, betapa kejinya dunia yang terus berputar, detik yang terus berjalan, dan hari yang kian berganti meninggalkanku di sini seorang diri  yang masih saja enggan untuk berdiri, seakan tak mampu 'tuk melangkah lagi. Lihatlah bangku di samping jendela itu yang menjadi saksi dua insan beradu kasih berpegangan tangan seakan dunia hanya mereka yang memiliki, tenggelam menjadi budak akan perasaan yang merajai diri. Namun kini ketika aku mencoba 'tuk mengulang memori, nyatanya hanya pilu dan sesal yang menghampiri diri. Terkadang ingin kumencaci tuan yang memaksa pergi, membuatku terkurung dalam ruang dan waktu yang enggan membiarkanku lari wa

Tentang Ambisi dan Hati

Angannya berkelana jauh, melayang bersama aksara berisi mimpi dan harapan yang kemudian pulang hanya untuk menerkam tuan. Di mana hasrat yang dulu itu, berlari mengejar angin bagai layang - layang ingin terbang tinggi. Di mana diri yang dulu itu, bertatih - tatih mengejar prestasi sampai hati tak hiraukan diri. Deretan lencana yang telah lama ditinggalkan, berdebu dan merindukan teman, menjadi saksi atas meredupnya semangat dari suatu raga sepanjang hidup berlayar mendambakan haluan yang dikira indah nyatanya fana. Mungkin niatnya yang tidak murni, atau mungkin dirinya yang salah bermimpi, mungkin juga hati butuh sendiri berhenti sejenak dan bernapas sebelum mati. Nyatanya menjadi bahagia tak harus selalu urusan medali ataupun yang tertinggi, setiap insan memiliki caranya sendiri untuk merasa utuh tanpa mendustai hati. bylilacrose //  Tentang Ambisi dan Hati

Merindukan yang di Sisi

Orang - orang bilang, rindu itu urusan jarak yang memisahkan, membatasi dua raga yang meradang ingin dekat ataupun waktu yang membedakan langit untuk seseorang menikmati malam sedang kasihnya menikmati pagi. Kemudian bagaimana dengan rindu ini yang tuannya berada tak jauh 'tuk kuamati, berdua dalam ruang yang sepi, bersama walau aku merasa sendiri. Tangan kita menyatu dalam janji sambil menyusuri jalan yang t'lah lama kita lewati namun langkahnya seolah tak sama lagi membuatku bertanya apakah tujuannya berbeda di akhir nanti. Ada apa dengan kasih, kendati raganya tak pergi, hatinya tak juga di sini. Hangatnya pelukmu yang dulu mengisi hari tersapih bersama angin oleh badai hatimu yang dingin. Katamu kita baik - baik saja namun sendu matamu mengatakan segalanya menjawab segala resahku yang nyatanya tak fana tanganmu yang selama ini kugenggam hanyalah bayangan sedang dirimu yang sesungguhnya t'lah lama hilang. bylilacrose //  Merindukan yang di